Sunday, 1 January 2012

Bagian Mixer Analog


Bagian Mixer Analog

Istilah kerennya adalah mixer, yaitu sebuah alat yang mengumpulkan semua sinyal baik dari mic, sinyal line (berupa sinyal dari tape/CD, atau dari instrumen), semua efek (berupa echo, reverb, delay), kemudian “dicampur” secara otomatis oleh alat ini menjadi satu sinyal yang utuh dan kemudian didistribusikan ke power amplifier yang akan diolah sedemikian sehingga akhirnya sinyal ini diubah wujudnya menjadi suara yang dikeluarkan oleh speaker yang terpasang.
Alat ini juga memiliki kemampuan untuk mengubah level dari sinyal tersebut, seperti dari sinyal yang keras menjadi lebih pelan dan demikian sebaliknya sehingga sinyal-sinyal ini “tertata” dengan baik dan terdengar dengan nyaman. Kemampuan ini tidak bersifat otomatis secara mesin, tapi tergantung dari kemampuan sang pengatur suara, yang dalam hal ini sering disebut engineer atau sound engineer.
Seperti yang telah disebutkan di paragraf kedua, jumlah channel yang tersedia pada sebuah mixer bervariasi. Mulai dari yang sederhana sebanyak 6 atau 8 channel bahkan sampai ratusan channel sekaligus. Dari beberapa klasifikasi tersebut dapat disimpulkan menjadi 2 jenis mixer, yaitu analog mixer yang biasanya terdiri dari maksimum 52 channel dan digital mixer yang memiliki jumlah channel yang dapat dikatakan “tidak terbatas”. Untuk spesifikasi detil dari kedua jenis mixer ini dapat dilihat dari beberapa merek yang telah beredar di pasaran umum.
Bagian-bagian dari sebuah mixer analog secara umum adalah:
 1. Mono Input Section
Bagian-bagian dari mono input ini terdiri dari: 

  •  Mic Input, atau sering juga disebut XLR input atau cannon jack input. Bagian ini digunakan untuk mic atau alat-alat yang menggunakan jack yang memiliki tiga buah “kaki” atau yang yang sering disebut cannon jack. Biasanya masing-masing “kaki” terdapat nomor 1, 2, dan 3. Kaki-kaki ini dimaksudkan untuk penempatan posisi sinyal positif, negatif dan ground (tipikal yang sering digunakan adalah kaki 1 – ground, kaki 2 – positif, dan kaki 3 – negatif).

Catatan: posisi di atas tidak selalu menjadi patokan, tergantung dari peralatan yang dipakai. Harap selalu memperhatikan buku manual dari peralatan yang dipakai.
 
  • Line In, yang biasanya digunakan untuk menancapkan peralatan yang menggunakan line level jack (istilah umum yang sering beredar adalah input jack gitar). Peralatan yang sering menggunakan bagian ini seperti keyboard, tape, CD player, effect processing unit (reverb, echo, dll), kadang-kadang bass atau gitar juga memakai bagian ini. 
  •  Insert Point. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks maka terdapat 2 bagian yaitu insert send dan insert return, tetapi pada mixer yang sederhana maka bagian ini hanya ada satu saja yaitu insert I/O (kepanjangan dari insert input/output). Bagian ini digunakan untuk menghubungkan sinyal prosesor eksternal seperti EQ, compressor/limiter/gate. Tujuan dari bagian ini adalah membuat seakan-akan sinyal prosesor eksternal menjadi satu kesatuan dengan mixer.

Catatan: Perhatikan cara penyolderan!!! Untuk mixer yang memiliki insert point terpisah maka penyolderan dilakukan sama persis dengan cara penyolderan cannon jack. Dalam hal ini: posisi tip – sinyal positif, ring – sinyal negative, sleeve – sinyal ground, apabila hanya terdapat satu insert point I/O, maka posisi tip – sinyal send, ring – sinyal return, sleeve – sinyal ground. 
  • Direct Out (Dir). Bagian ini sering digunakan untuk mengirim sinyal audio secara langsung untuk direkam pada multitrack recording tape. 
  •  Gain, yang juga disebut input level atau trim, yang berfungsi untuk menentukan sensitifitas dari input sebuah sinyal yang masuk, baik itu berupa sinyal mic atau sinyal line (dari keyboard, tape, CD player, atau alat musik yang lain). Bagian ini hanya mengatur tingkat kesensitifitasan dari channel tersebut bukan besarnya volume sinyal. 

Catatan: Apabila sinyal yang masuk masih terlalu kecil (volume sudah dimaksimalkan, demikian juga dengan gainnya) maka yang perlu diperiksa adalah kondisi dari kabel tersebut dan kondisi penyolderan dari kabelnya, terbalik atau putus atau malah tidak tersolder sama sekali.
 
  • HPF (High Pass Filter). Bagian ini digunakan untuk memotong frekuensi rendah yang terlalu berlebihan atau peralatan yang mengakibatkan humming. Bagian ini sangat efektif digunakan pada situasi live, untuk mengurangi “popping” pada mic, atau memotong frekuensi rendah yang sering kali dijumpai pada jenis suara laki-laki. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks, terdapat knob variabel frekuensi yang akan dipotong (misal: 50 Hz atau 80 Hz atau 250 Hz dan seterusnya), sedangkan pada mixer yang lebih sederhana hanya terdapat knob, seperti knob on/off, yang biasanya tercantum frekuensi 100 Hz atau sering disebut dengan fixed HPF. 
  • EQ sectionBagian ini sering dipakai untuk mengatur kualitas suara yang diinginkan. Pada prinsipnya bagian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu low, mid, dan high. Tipe ini sering dijumpai pada mixer yang sederhana bahkan ada yang hanya terdapat 2 bagian saja yaitu low dan high, tetapi pada mixer yang lebih kompleks maka sering dijumpai penambahan seperti Q dan frekuensi yang ingin di-cut atau di-boost. 
  • Aux section. Ada 2 fungsi utama dari bagian ini, yaitu sebagai pengontrol monitor speaker yang terdapat di panggung utama dan atau pada masing-masing pemain band, dan sebagai pengontrol eksternal efek (reverb, echo, dll).
  • Pan (Panoramic Control). Bagian ini sering kali digunakan untuk menentukan posisi sinyal suara (kanan atau kiri) atau dipergunakan untuk menentukan channel tertentu masuk dalam sub grup tertentu (misal: channel 1 masuk dalam sub grup 1, channel 2 masuk dalam sub grup 2, dsb.) 
  • Solo atau PFL. Bagian ini sering digunakan para engineer untuk mendengarkan sinyal suara secara individual melalui headphone. PFL adalah singkatan dari Pre Fade Listening yang berarti kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh fader channel (before the fader), atau dengan bahasa sederhana kita dapat mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya posisi fader. 
  • Mute/On-Off switch. Bagian ini digunakan untuk mematikan atau menyalakan fungsi dari masing-masing channel. 
  • Channel fader. Bagian ini menentukan besar kecilnya sinyal suara yang akan dikeluarkan melalui channel yang dimaksud. 
  • +48V PhantomBagian ini digunakan bila digunakan mic condenser atau DI box yang memerlukan power sehingga alat-alat ini bisa berfungsi dengan baik. 

Perhatikan!!! Pada tipe mixer tertentu, tidak dijumpai adanya bagian ini pada masing-masing channel. Yang ada adalah knob +48V Phantom master. Perhatikan juga jenis kabel yang akan tersambung!! Bila semua kabel berada pada posisi balanced maka tidak perlu dikhawatirkan akan terjadi sesuatu, tetapi bila tidak maka jangan sekali-kali menekan knob ini.

2. 
Stereo Input Section 
Sebagian besar bagian yang terdapat pada bagian ini hampir sama dengan bagian mono input kecuali pada bagian belakang mixer. Bila pada bagian mono input, pada bagian belakang mixer hanya terdapat satu channel input saja, tapi pada bagian stereo input terdapat dua channel input (berupa cannon jack atau phono jack atau RCA jack).3. Master Section Pada bagian ini terdapat: 
  • Aux Master, yang merupakan master volume dari aux pada masing-masing channel
  • Aux Return. Bagian ini memiliki kesamaan prinsip kerja seperti pada bagian Stereo Input Section
  • Master Volume Section
  • Sub Group Section/DCA/VCA GroupBagian ini merupakan master group dari masing-masing channel yang telah dikelompokkan sedemikian rupa. Biasanya dipakai untuk memudahkan pengoperasian mixer, misal sub grup drum yang terdiri dari beberapa channel mic yang dipakai untuk drum

Tips lainya


Ada Lagi

Rambu yang perlu diperhatikan berikutnya yang juga tidak kalah penting adalah selalu membaca manual dari tiap-tiap peralatan yang dipakai, terutama pada pemakaian crossover. Mengapa demikian? Jawaban yang pasti adalah supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan frekuensi yang menjadi titik perpotongan antar speaker (bila sistem yang dibangun adalah sistem yang aktif, yang biasanya adalah sistem 2-way aktif, 3-way, 4-way, dan seterusnya).
Bila dalam suatu sistem dipakai beberapa buah speaker maka hal lain yang harus diperhatikan adalah fase dari speaker itu sendiri. Beberapa speaker, khususnya yang berukuran 18”, 15”, atau yang sejenis biasanya berada pada posisi In Phase atau fasenya positif. Atau dalam bahasa sederhana adalah konus speaker bergerak maju ke depan bukan ke belakang. Jenis speaker yang lain, terutama sebuahcompression driver (atau dalam bahasa sehari-hari disebut tweeter) biasanya berada pada posisi Out Phase atau fasenya negatif.
Nah, pada aplikasi yang membutuhkan banyak speaker atau aplikasi sistem tata suara yang lebih rumit, fase speaker menjadi salah satu hal yang perlu kita perhatikan. Sebagai contoh, jika dalam suatu sistem terdapat 2 unit speaker 18” dimana fase salah satu speaker terbalik, maka yang terjadi adalah kita tidak dapat mendengarkan dentuman suara bass sebagaimana mestinya. Yang sering terjadi adalah karena tidak terdengar dentuman suara bass sebagaimana mestinya, kita cenderung untuk membesarkan volume bass dari mixer, dan akhirnya speaker yang kita pun jebol akibat fase yang terbalik.
Alat untuk mendeteksi fase speaker ini dinamakan Phase Checker, yang menghasilkan getaran impuls secara konstan untuk mendeteksi fase yang dihasilkan oleh speaker yang dipakai. Cara yang lain yang lebih sederhana adalah memakai baterai 9 Volt, dimana katup Positif baterai dihubungkan dengan katup Positif speaker demikian juga sebaliknya.
Hambatan yang sering terjadi berikutnya adalah feedbackFeedbackterjadi karena beberapa hal, di antaranya:
1. Sinyal mic dan volume speaker monitor yang terlalu keras
2. Jumlah mic yang banyak, yang tidak terpakai tapi dalam keadaan on
3. Jarak antara mic dan speaker monitor yang terlalu dekat.
Tips menghindari feedback:
1. Matikan mic yang tidak terpakai. Hal ini mengurangi resikofeedback.
2. Jika penyebab feedback adalah speaker utama (FOH) maka disarankan agar peletakan speaker utama agak jauh dari panggung.
3. Jika penyebab feedback berupa barang atau benda yang memantul secara akustik, maka perlu dilakukan penyempurnaan seperti ditutup kain dan sebagainya.
4. Gunakan EQ untuk mempermudah pendeteksian frekuensi penyebab feedback.

Setelah memperhatikan beberapa rambu di atas, secara mendasar kita telah memasuki salah satu area dari proses mixing. Proses ini sangat membutuhkan ketelitian dan kejelian terutama pendengaran kita.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan baik adalah:
1. Pemakaian mic yang sesuai dengan fungsinya. Mic dynamic biasanya dapat dipakai untuk aplikasi drum hingga aplikasi vokal, sedangkan mic condenser biasanya dipakai untuk peralatan yang lebih sensitif terhadap frekuensi tinggi, seperti cymbal overhead atau gitar akustik.
2. Selalu menggunakan kabel audio yang balans, artinya kaki-kaki positif, negatif dan ground masing-masing terhubung dengan baik.
3. Untuk area panggung, biasanya sering digunakan kabel snake yang dapat mengurangi keruwetan yang terjadi di atas panggung.

Proses Mixing
· Posisikan mixer dan speaker sedemikian rupa sehingga kita dapat mendengar dengan baik semua yang terjadi di panggung sama seperti penonton atau pengunjung
· Setelah semua diset dengan baik maka lakukan sistem penyalaan yang telah disebutkan pada tips di atas
· Jangan meletakkan mic vokal tepat di depan drum atau speaker gitar. Gunakan mic yang sesuai
· Pastikan peletakan speaker tepat langsung pada pendengar, jangan letakkan speaker berada pada belakang atau samping dinding
· Tempatkan semua volume mixer pada posisi 0 (Unity Gain)
· Setting mic vokal terlebih dahulu, karena kekuatan vokal biasanya lebih lemah dibandingkan dengan alat musik, terutama drum
· Gunakan efek vokal seoptimal mungkin, jangan terlalu berlebihan yang dapat mengakibatkan performa vokal yang tidak sempurna
· Jangan gunakan efek reverb pada peralatan yang menghasilkan frekuensi rendah seperti bass, kick drum, atau tom
· Jaga agar level suara pada panggung tidak terlalu keras, terutama pada peralatan yang menggunakan amplifier seperti bass, gitar, dan keyboard. Biarkan fungsi proses dari mic dan mixer yang berfungsi secara optimal
· Bila terdapat kesempatan untuk melakukan soundcheck, maka gunakan waktu tersebut untuk menata sebaik mungkin suara yang akan dihasilkan
· Selalu tempatkan level mic vokal lebih keras dibandingkan dengan level musik. Jangan terlalu berlebihan karena dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dari pendengar
Urutan setting yang dianjurkan adalah penentuan level mic lead vokal – mic backing vokal – drum set – bass gitar – gitar – keyboard atau piano – efek vokal seperti reverb, chorus atau delay